MAKALAH
BAHASA INDONESIA
PEMAKAIAN TANDA BACA DALAM BAHASA
INDONESIA
Disusun oleh:
KELOMPOK 7
1. Edwin Eka Hidayat (2014141054)
2. Eka Mahendra Abiwardani (006141121028)
3. Novitasari Trishandayani (2014142319)
4. Pendi Setiyo (2014142586)
TEKNIK
INFORMATIKA
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang Telp
(021)7412566, Fax. (021)7412566
Tanggerang Selatan - Banten
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering kali kita mendengar orang-orang Indonesia
yang menggunakan bahasa yang tidak baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau
menggunakan kata serapan yang salah, bahkan dalam penulisanpun masih terjadi
kesalahan penggunaan tanda baca, sehingga mengakibatkan kesalahan makna,
padahal Pemerintah Indonesia telah membuat aturan-aturan resmi tentang tata
bahasa baik itu kata serapan maupun penggunaan tanda baca. Pelajaran Bahasa
Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke
perguruan tinggi. Tapi kesalahan ini masih sering terjadi, bahkan
berulang-ulang kali. Ketidak fahaman terhadap tata bahasa Yang mengkhawatirkan
ialah ketika aturan ini terlalu sering diacuhkan oleh masyarakat Indonesia,
karena salah satu dampak negatifnya ialah hal ini akan dianggap lazim oleh
masyarakat Indonesia terlebih lagi oleh anak-cucu yang akan menjadi penerus
negeri ini, karena akan mempersulit masyarakat dalam berkomunikasi.
Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan
memaparkan bagaimana tata bahasa yang benar tentang kata serapan dan
tanda-tanda baca, sehingga kita memahami dan dapat menerapkan aturan berbahasa
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam acara-acara
resmi.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah tentang enulisan kata
serapan dan penggunaan tanda baca ini ialah:
a.
Apa yang dimaksud dengan tanda baca.
b.
Apasaja jenis-jenis dari tanda baca.
c.
Apasaja contoh-contoh penggunaan dari tanda baca.
C. Tujuan
Makalah ini disusun agar kita semua lebih memahami tentang
tata bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari agar dalam setiap komunikasi, kita akan dipermudah dengan
adanya satu bahasa yang baku dan dapat dimengerti oleh setiap golongan
masyarakat Indonesia serta mempermudah dalam mencari referensi, karena segala
hal tentang kata serapan dan penggunaan tanda baca telah terangkum dalam satu
makalah ini. Dan ini juga akan dipersentasikan dikelas dalam mata kuliah Bahasa
Indonesia. Serta penyusun mengharapkan dengan makalah ini dapat menyadarkan
kepada seluruh masyarakat Indonesia tentang bagaimana pentingnya penggunaan
tata bahasa yang benar, sehingga selanjutnya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tanda baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan
dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi
suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat
diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi,
waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya
spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
B.
Jenis-Jenis Tanda Baca
dan Contoh Penggunaannya
1.
Tanda Titik ( . )
Contoh:
Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus
diberi jarak satu ketukan.
b. Tanda titik dipakai pada akhir
singkatan nama orang.
Contoh: Irwan S. Gatot
Apabila nama itu ditulis
lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
Contoh: Anthony Tumiwa
c. Tanda
titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan,
pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (doktor)
S.E. (sarjana ekonomi)
Kol. (kolonel)
Bpk. (bapak)
d.
Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda
titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain)
dsb. (dan sebagainya)
tgl. (tanggal)
hlm. (halaman)
e.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
Pukul 7.10.12 (pukul 7
lewat 10 menit 12 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
f.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu
berpenduduk 51.156 orang.
g.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Nama Ivan terdapat pada
halaman 1210 dan dicetak tebal.
Nomor Giro 033983 telah
saya berikan kepada Mamat.
h.
Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat)
SMA (Sekolah Menengah
Atas)
PT (Perseroan Terbatas)
WHO (World Health
Organization)
UUD (Undang-Undang
Dasar)
SIM (Surat Izin
Mengemudi)
Bappenas
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
i.
Tanda titik
tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan,
dan mata uang.
Contoh:
Cu (tembaga)
52 cm
l (liter)
Rp350,00
j.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
Latar Belakang
Pembentukan
Sistem Acara
Lihat Pula
2.
Tanda Koma (,)
a.
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh:
Saya menjual baju,
celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang
salah:
Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
b.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi,
dan melainkan.
Contoh:
Saya bergabung dengan
Wikipedia, tetapi tidak aktif.
c.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
Kalau
hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa
akan janjinya.
d.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
e.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi,
lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
Oleh
karena itu, kamu harus datang.
Jadi,
saya tidak jadi datang.
f.
Tanda koma
dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat
pada awal kalimat.
Contoh:
O,
begitu.
Wah,
bukan main.
g.
Tanda koma
dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
Kata adik, "Saya sedih sekali".
h.
Tanda koma
dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Contoh:
Contoh:
Medan,
18 Juni 1984
i.
Tanda koma
dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Contoh:
Lanin, Ivan, 1999. Cara
Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
j.
Tanda koma
dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh:
Gatot, Bahasa Indonesia
untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
k. Tanda
koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Contoh: Rinto Jiang, S.E.
l.
Tanda koma
dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Contoh:
33,5
m
Rp10,50
m. Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi.
Contoh:
pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
n.
Tanda koma
dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat.
Contoh:
Dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
o.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Contoh: "Di mana
Rex tinggal?" tanya Stepheen.
3. Tanda Titik Koma (;)
a.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; kami
belum selesai juga.
b.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah mengurus tanamannya
di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan
nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
4. Tanda Titik Dua (:)
a.
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh:
Contoh:
-Kita sekarang memerlukan
perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
-Fakultas
itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
b.
Tanda titik dua
dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua
: Borgx
Wakil
Ketua :
Hayabuse
Sekretaris
: Ivan Lanin
Wakil
Sekretaris : Irwan
Gatot
Bendahara
: Rinto Jiang
c.
Tanda titik dua
dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx :"Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Borgx :"Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex
: "Siap, Boss!"
d.
Tanda titik dua
dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat
dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii)
Surah Yasin:9
(iii)
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
e.
Tanda titik dua
dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh:
Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
f.
Tanda titik dua
tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Contoh:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
5. Tanda
Hubung (-)
a.
Tanda hubung
menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2)
hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks
karangan.
b.
Tanda hubung
menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:
-
p-e-n-g-u-r-u-s
- 8-4-1973
c.
Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
Bandingkan:
ber-evolusi
dengan be-revolusi
dua
puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
Istri-perwira
yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
d.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka
dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(e) nama jabatan rangkap.
Contoh:
Contoh:
se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
ber-SMA
KTP-nya nomor 11111
sinar-X
Menteri-Sekretaris Negara
e.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh:
di-charter
pen-tackle-an
6. Tanda Pisah (–, —)
a.
Tanda pisah em
(—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di
luar bangun kalimat.
Contoh:
Wikipedia
Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
b.
Tanda pisah em
(—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c. Tanda
pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan
atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang
berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:
Contoh:
1919–1921
Medan–Jakarta
10–13 Desember 1999
d. Tanda
pisah en (–) tidak dipakai bersama
perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).
Contoh:
dari
halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
antara tahun 1492 dan
1499, bukan antara tahun 1492–1499
−4 sampai −6 °C, bukan
−4–−6 °C
7.
Tanda Elipsis (...)
a.
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk
menuliskan naskah drama.
Contoh:
Kalau begitu ... ya,
marilah kita bergerak.
b.
Tanda
elipsis menunjukkan bahwa dalam
suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan
langsung.
Contoh:
Sebab-sebab
kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah
kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan
teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
8.
Tanda Tanya (?)
a.
Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh:
Kapan
ia berangkat?
Saudara
tahu, bukan?
Penggunaan
kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
b.
Tanda tanya
dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun
1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta
rupiah (?) hilang.
9. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Contoh:
Contoh:
Alangkah
mengerikannya peristiwa itu!
Bersihkan
meja itu sekarang juga!
Sampai hati ia membuang anaknya!
Merdeka!
Oleh
karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan
ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau
transkripsi drama.
10. Tanda Kurung ((...))
a. Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh:
Bagian Keuangan menyusun
anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) secara berkala.
b. Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:
Satelit Palapa
(pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit
domestik di Indonesia.
Pertumbuhan penjualan
tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran
dalam negeri.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau
kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:
Contoh:
Kata
cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
Pembalap itu berasal
dari (kota) Medan.
d. Tanda kurung mengapit angka atau
huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh:
Contoh:
Bauran Pemasaran
menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua
pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti
tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
Tidak tepat:
Nikifor Grigoriev (c.
1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin
Ukraina.
Tepat:
Nikifor Grigoriev (c.
1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin
Ukraina.
Tepat:
Nikifor Grigoriev (c.
1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy
Hryhoriyiv.
11. Tanda Kurung Siku
([...])
a.
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
Contoh:
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b.
Tanda kurung siku
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses
ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu
dibentangkan di sini.
12. Tanda Petik
("...")
a.
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
"Saya
belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945
berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
b.
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh:
Contoh:
Bacalah "Bola
Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim
Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan
dalam Tempo.
Sajak "Berdiri
Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
c.
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:
Pekerjaan
itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Ia
bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama
"cutbrai".
d.
Tanda petik penutup
mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
e.
Tanda baca penutup kalimat
atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit
kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau
bagian kalimat.
Contoh:
Karena
warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
Bang Komar sering
disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
13. Tanda
Petik Tunggal ('...')
a.
Tanda petik tunggal
mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Contoh:
Tanya
Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu
depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap
seketika," ujar Pak Hamdan.
b. Tanda petik tunggal mengapit makna,
terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
feed-back 'balikan'
14. Tanda Garis Miring (/)
a.
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor
surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam
dua tahun takwim.
Contoh:
Contoh:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
b.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per
atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
harganya Rp125,00/lembar
(harganya Rp125,00 tiap lembar)
kecepatannya
20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
7/8 atau 7⁄8
xn/n!
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai
untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi
÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus
matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat
dipakai.
c.
Tanda garis miring
sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
15. Tanda Penyingkat
(Apostrof)(')
Tanda penyingkat menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
Contoh:
Ali 'kan kusurati. ('kan =
akan)
Malam 'lah tiba. ('lah =
telah)
1 Januari '88 ('88 = 1988)
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.
BAB III
PENUTUP
Bagaimanapun juga penggunaan tanda baca yang baik &
benar sangat penting dalam menulis artikel. Bayangkan jika kita membaca sepuluh
paragraf tanpa titik atau koma, akan sangat membingungkan bukan? Apalagi ketika
kita hanya bisa mendengar dan dibacakan. Tidak hanya untuk mendukung
keterbacaan penggunaan tanda baca yang benar sangat berpengaruh terhadap
kualitas tipografi artikel tersebut. Beberapa contoh tanda baca yang sering
digunakan tetapi tidak umum seperti titik, koma, tanda seru & tanda Tanya. Mungkin kita
kurang mempedulikan penggunaan tanda baca tersebut. Memang cukup merepotkan
jika kita mengimplementasikan pada tiap artikel, tetapi itulah seni dalam
tipografi. Tidak ada salahnya berusaha tampil “sempurna” dalam artian kita
menggunakan kaidah-kaidah penulisan secara benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia
yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa
Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.
http://pendisetiyo.blogspot.co.id/2016/06/makalah-pemakaian-tanda-baca-dalam.html
mohon izin save untuk tugas bahasa indonesia
ReplyDeleteizin copy
ReplyDeleteIzin save untuk referensi
ReplyDeleteKa daftar isi nya mana
ReplyDeleteizin save
ReplyDeleteizin save
ReplyDeleteizin save
ReplyDeleteMohon izin copy untuk tugas bahasa Indonesia
ReplyDeleteReply