B. DEFINISI TIM
DAN GROUP
Tim, unit,
klub, gang, group, komite, gugus tugas dan mungkin ada banyak lagi istilah yang
dapat diartikan sama dengan tim. Ada kalanyaistilah tersebut memiliki arti yang
sama, sering pula masing-masing istilah dapat membingungkan orang yang
membacanya. Dalam modul ini, tim atau kerja sama tim didefinisikan sebagai sekelompok
orang yang memiliki saling ketergantungan yang tinggi untuk mencapai tujuan
tertentu atau untuk menyelesaikan tugas tertentu. Dari definisi ini, dapat
diartikan bahwa anggota kelompok memiliki kesamaan tujuan, atau sepakat
mengenai tujuan yang sama, dan mereka juga sepakat bahwa untuk mencapai tujuan
tersebut
dibutuhkan
kerja sama di antara anggota kelompok atau anggota tim tersebut
.
C. MENJADI PEMAIN
TIM
Mengapa perlu
belajar tentang tim? Saat ini model organisasi sudah bergeser dari kaya
struktur menjadikaya fungsi. Perubahan ini menuntut kerja sama yang tinggi di
antara anggota organisasi, dan kerja sama ini ada dalam bentuk yang sangat besar
atau dalam bentuk tim-tim yang kecil. Selain itu adanya perubahan pada pola
interaksi bisnis, sebagai dampak dari pesatnya perkembangan teknologi
informasi, membuat model komunikasi dan kerja sama antar sesama anggota
organisasi juga telah bergeser. Jarak fisik bukan kendala lagi, dan interaksi
global menuntut orang untuk memahami dan mempertimbangkan factor
budaya yang berbeda. Teknologi komunikasi juga menjadikan interaksi antar orang
menjadi bukan hanya masalah fisik. Elektronik mail, internet, intranet, TV, Kabel
TV, dan lainnya menjadikan interaksi antara anggota organisasi bukan masalah
saling berhadapan muka, tetapi bagaimana masing- masing anggota memanfaatkan
teknologi untuk saling berinteraksi. Dari wacana tersebut dapat dilihat bahwa
ada banyak bentuk sebuah tim, misalnya : Tim kerja : merupakan gabungan
beberapa orang yang bekerja bersama-sama setiap hari, biasanya satu kantor,
satu ruangan, satu lokasi yang sama, atau satu pekerjaan yang Sama. Tim bisnis
: umumnya tidak spesifik menunjuk orang, melainkan sebuah tim yang merupakan
gabungan dari beberapa unit kerja (cross-functional )Tim Manajemen/eksekutif
tim : merupakan kelompok manajemen yang mengelola satu kegiatan yang sama, atau
kelompok manajemen yang akan menerima laporan yang sama.
1. Pemain Tim
yang efektif
a. Tim yang efektif
Berikut ini adalah karakteristik yang perlu ada
untuk membangun sebuah tim yang efektif::
·
Tujuan yang
jelas
·
Fokus pada
pencapaian hasil
·
Pembagian peran
dan tanggung jawab yang jelas
·
Komitmen untuk
mencapai tujuan bersama
·
Anggota tim
yang kompeten
·
Pengambilan
keputusan berdasarkan konsensus
·
Setiap anggota
tim memiliki peran yang berbeda
·
Kemampuan
interpersonal yang efektif di antara anggota tim
·
Hubungan yang
efektif dengan pemilik kepentingan(stakeholder)
·
Semangat kerja
yang tinggi
·
Iklim hubungan
yang bersifat informal
·
Dukungan dari
manajemen
·
Keterbukaan
pada ide-ide baru
·
Penilaian
kinerja secara periodik
·
Pengakuan atau
keberhasilan anggota tim
·
Kepemimpinan
bersama
·
Ukuran tim yang
relatif kecil
·
Sumber daya
yang cukup
b. Ketua Tim yang efektif
Berikut ini adalah karakteristik dari seorang
pemimpin atau ketua tim
yang efektif:
·
Memiliki
keterampilan membimbing anggota timnya
·
Konsisten
antara perkataan dan perbuatan
·
Kreatif
·
Memiliki
kemampuan mendengarkan empatik
·
Memiliki visi
·
Memberikan
inspirasi buat tim
·
Memiliki
integritas
·
Fokus pada
jangka panjang
·
Memiliki
keseimbangan antara kebutuhan individu dan
·
kebutuhan tim
·
Realistis
·
Memiliki rasa
kebanggaan dan keinginan untuk berhasil
·
Memiliki
kemampuan membuat prioritas
·
Jujur
·
Memiliki
keahlian tehnik yang sesuai
·
Dapat dipercaya
dan mampu memercayai orang lain
·
Memiliki
keinginan untuk berbagi tanggung jawab
·
Memiliki
keinginan untuk berbagi keberhasilan
2. Membangun
Tim yang Efektif
Bagaimana
membangun sebuah tim yang efektif? Ketua tim, pengendali teknis, pengendali
mutu, manajer atau kepala kantor memiliki peran yang sangat signifikan dalam
menentukan efektifitas sebuah tim. Mereka dituntut untuk mampu
membangun
sebuah tim yang
tangguh dan efektif. Langkah berikut ini dapat digunakan oleh ketua tim untuk
membangun tim yang efektif:
a. Tetapkan tujuan bersama
Tim yang efektif membutuhkan tujuan yang sama
bagi seluruh anggota tim. Tujuan ini dapat berupa visi bersama seluruh anggota
tim, bukan hanya target tertentu atau sasaran jangka pendek. Tujuan bersama ini
diharapkan dapat memberikan arahan, momentum dan komitmen dari para anggota tim.
b. Evaluasi kekuatan dan kelemahan tim
Masing-masing anggota tim tentu memiliki
kekuatan dan kelemahan, dan jika digabungkan dalam sebuah tim, maka kekuatan
dan kelemahan tim dapat dibangun secara keseluruhan. Dengan memahami kekuatan
dan kelemahan tim, maka ketua tim atau manajer tim dapat mencari cara untuk
mengompensasikan kelemahan yang dimiliki oleh tim, setidaknya dapat mengurangi
kelemahan, jika tidak mungkin untuk menghilangkannya secara keseluruhan.
c. Tetapkan sasaran-sasaran individual
Dengan menetapkan sasaran-sasaran antara, atau
target-target individual, maka pemimpin atau manajer tim dapat menetapkan ukuran keberhasilan tim. Target individual harus merupakan target yang
nyata dan dapat dicapai, yang mudah dimengerti dan dikomunikasikan kepada
seluruh anggota tim.
d. Kesepakatan
Dapatkan kesepakatan seluruh anggota tim
mengenai cara mencapai target-target individual tersebut. Dengan adanya
kesepakatan, maka seluruh anggota tim memahami makna dan tujuan untuk mencapai
target serta visi yang lebih besar lagi.
e. Kesediaan bertanggung jawab
Ciptakan kesediaan untuk bertanggung jawab atas
keberhasilan tim, termasuk juga tanggung jawab atas keberhasilan masing-masing anggota
tim. Keberhasilan dari sebuah tim adalah gabungan dari keberhasilan
masing-masing seluruh anggota tim. Keberhasilan tim dibangun dari keberhasilan
seluruh anggota tim.
f. Bangun rasa saling percaya
Pada saat ada rasa saling percaya, maka akan
tumbuh integritas, karakter dan kemampuan masing-masing anggota tim. Jika tidak
ada rasa saling percaya, maka setiap anggota tim tidak dapat saling menggantungkan
pada orang lain. Pada akhirnya keberhasilan sebuah tim menjadi tidak tercapai.
g. Pelihara kemampuan spesifik
Kemampuan spesifik yang dibutuhkan sebuah tim
adalah
1) TechnicalExpertise ,
2) Problem Solving Skill and Decision Making
Skills,
3)Interpersonal Skills
.
h. Kembangkan pelatihan terus menerus
Kembangkan pelatihan yang terus menerus,
disertai penyediaan sumber daya yang cukup, agar tugas dan tanggung jawab mampu
dilaksanakan dengan baik.
i. Hargai setiap keberhasilan
Berikan penghargaan untuk setiap keberhasilan,
sekecil apapun anggota tim perlu diberi kebanggaan untuk bekerja dalam tim. Membangun
sebuah tim yang efektif tidak semudah membalikkan telapak tangan, dibutuhkan
waktu yang lama, kerja keras, dan
penghargaan untuk memelihara moral tim.
3. Hambatan
Beberapa hambatan dalam membangun sebuah tim,
di antaranya adalah:
a. Merasa terlambat untuk menyelamatkan sebuah
tim
Banyak ketua tim maupun anggota tim tidak
melakukan sesuatu untuk membangun efektifitas tim, karena merasa sudah
terlambat untuk melakukan sesuatu. Pada kenyataannya tidak ada istilah
terlambat untuk sebuah perbaikan.
Sama halnya dengan anggota tim dan ketua tim
yang merasa terlambat, perasaan tidak mampu untuk menyelamatkan tim merupakan hambatan
terbesar dalam melakukan perbaikan. Tindakan perbaikan untuk mencapai tim yang
efektif merupakan tanggung jawab bersama seluruh anggota tim. Dan tidak ada yang
tidak mungkin jika dilakukan secara bersama-sama.
c. Sulit untuk memedulikan orang lain
Kegagalan sebuah tim bermula dari kegagalan
anggota timnya. Sebuah tim adalah sebuah kerja kelompok. Jika ada anggota tim
yang tidak mau atau tidak mampu untuk bekerja sama atau memperdulikan orang lain,
maka tim tersebut hanyalah sebuah kerumunan atau sekumpulan individu.
d. Saya akhirnya mengerjakan semua hal
Ada banyak ketua tim, demikian juga anggota
tim, yang akhirnya terjebak untuk melakukan semua pekerjaan tim seorang diri.
Kegagalan ini dimulai sejak pembentukan tim, menetapkan visi dan tujuan tim, membangun
komitmen dan tanggung jawab bersama, dan tidak kalah penting, gagal membangun
rasa saling percaya. Hasilnya, semua bekerja sendiri-sendiri dan, yang lebih
parah, semuanya dikerjakan sendiri.
D. MENANG
DENGAN MEMBUAT ORANG LAIN MENGERTI
Lewat
kalimat-kalimat yang mengalir dari mulut kita, kita menyentuh orang yang kita
ajak bicara. Setiap kata mungkin mengalir dengan bebas dan lancar, namun tak
jarang bukan titik temu dan saling kesepahaman yang kita temukan namun
pertentangan atau justru penolakan yang kita tuai. Yang perlu disadari sejak
awal adalah; kita manusia yang mempunyai pola pikir dan cara merasa tersendiri.
Yang kita ajak berbicara pun manusia, bukan robot yang tak mampu bicara,
berpikir maupun merasa.
1. Keberhasilan
Komunikasi
Beberapa hal yang harus kita lakukan agar pada
saat berkomunikasi kita merasakan suasana yang menyenangkan dan mendapatkan apa
yang kita inginkan adalah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan kerja sama
Bagaimana kita bisa menumbuhkan kerja sama?
Hanya dengan rasa hormat. Dengan rasa hormat, kita menghargai lawan bicara kita
sebagai seorang pribadi dengan posisi yang sejajar dengan kita. Penghargaan terhadap
segala potensi yang dimilikinya dan eksistensi pribadinya akan membuat lawan
bicara kita terbuka terhadap apa yang ingin kita bicarakan.
b. Membangkitkan pikiran orang lain
Dalam sebuah percakapan, gagasan yang ada dalam
benak kita harus menjadi milik lawan bicara kita pula. Hal yang kita lakukan
adalah membuat orang lain mau berpikir tentang gagasan kita
dengan cara mengajukan pertanyaan pada lawan bicara.
c. Menanggapi emosi orang lain
Kita sadari emosi adalah sebuah dorongan yang
memengaruhi cara berpikir maupun bertindak setiap individu. Emosi negatif akan memengaruhi
individu untuk berpikir dan bertindak negatif. Oleh karena itu, yang harus
diperhatikan dalam sebuah komunikasi adalah meminimalkan emosi negatif pada
lawan bicara kita. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain adalah:
1) Mendorong ekspresi emosi
Dengan mengekspresikan emosi, ketegangan yang
mengganggu lawan bicara kita untuk berpikir jernih dan positif akan
tersalurkan.
2) Dorong lawan bicara kita menyadari
perasaannya
Dengan menyadari perasaannya, seseorang akan
lebih mudah mengelolanya untuk menjadi positif.
3) Menerima emosinya
Penerimaan yang utuh akan membuat lawan bicara
kita mempunyai ruang yang luas untuk menyadari dan mengelola emosinya serta membuka
diri terhadap bantuan kita.
d. Mendengarkan makna yang tersirat
Dalam sebuah percakapan, gagasan maupun pesan
yang ingin disampaikan seringkali hanya tersirat dalam bahasa nonverbal. Dengan
memerhatikan makna yang tersirat akan memperutuh pemahaman terhadap lawan
bicara dan memudahkan untuk mengambil sikap yang tepat.
e. Memberi dan menerima umpan balik
Setiap manusia mempunyai kemampuan mental yang
luar biasa untuk membentuk pemahaman tentang sebuah pembicaraan. Apa yang ada dalam
bayangan mental kita mungkin berbeda dengan bayangan mental lawan bicara kita.
Dengan memberi dan menerima umpan balik, kita mampu mengklarifikasi apa yang
kita pikirkan maupun yang dipikirkan lawan bicara kita. Dengan demikian
pemahaman yang coba kita rangkai akan menjadi semakin utuh.
f. Mempertahankan perhatian
Berdasarkan penelitian, kemampuan manusia untuk
berkonsentrasi berkisar 30 menit, waktu yang tidak terlalu panjang. Sebuah pembicaraan
tidak akan efektif jika dilakukan dengan perhatian yang tidak penuh. Perlu
dilakukan langkah-langkah tertentu untuk memertahankan perhatian orang lain:
·
Berpegang pada
pokok pembicaraan, jangan melantur.
·
Berbicara yang
singkat.
·
Berbicaralah
tentang sesuatu yang belum diketahui orang lain.
·
Hindari
mengatakan sesuatu yang sudah jelas.
g. Menghadapi perlawanan
Pertama kali yang harus disadari adalah,
perlawanan menunjukkan keterlibatan seseorang dalam pembicaraan, asal tidak
berlebihan. Saat menghadapi perlawanan yang berlebihan yang perlu dilakukan
adalah bersikap netral. Ekspresikan pengertian terhadap perlawanan orang lain
dan mencoba menyadari bahwa dia melakukan perlawanan. Terakhir ajaklah lawan
bicara kita untuk membahas bersama keberatan yang dirasakan terhadap diri
maupun pembicaraan kita.
h. Meyakinkan
orang lain
Hal terakhir adalah, gunakan teknik persuasi
untuk meyakinkan orang lain.
2. Hambatan
Komunikasi
Terganggunya sebuah pembicaraan tak lepas dari
beberapa karakteristik yang melekat pada manusia yaitu:
a. Perlawanan untuk berubah
Kita hidup dan menjalani keseharian kita dalam
rentetan perilaku yang cenderung rutin. Kebiasaan ini membuat kita nyaman dan
enggan berubah. Kebiasaan akan memengaruhi cara kita berpikir, cara kita memandang
sesuatu, cara memutuskan persoalan, cara memercayai sesuatu. Kebiasaan ini akan
membuat kita takut mengambil resiko meskipun itu menjanjikan sebuah perubahan
ke arah yang lebih baik.
b. Mendengarkan pikiran sendiri
Bermain dengan pikiran sendiri saat berbicara dengan
orang lain akan membuat kita menjadi lawan bicara yang menyebalkan. Kita tidak
akan pernah bisa memahami orang lain. Apalagi membuat mereka paham tentang apa
yang kita ingin bicarakan.
c. Mendengarkan dengan penuh keinginan
Sebuah keinginan berpengaruh besar dalam sebuah
pembicaraan. Sebuah keinginan mampu memutarbalikkan persepsi seseorang terhadap
yang dikatakan lawan bicaranya. Jika berbicara dengan penuh keinginan maka
jangan harap kita mampu memahami dengan apa adanya.
d. Dugaan yang tidak benar
Ada banyak kesenjangan informasi yang terjadi dalam
setiap komunikasi. Sebagai pembicara, dugaan yang dibangun terhadap lawan
bicara akan berpengaruh terhadap cara berpikir maupun cara berbicara. Dugaan
yang tidak tepat akan membuat pembicara memilih cara yang tidak tepat pula saat
berbicara dengan orang lain, sehingga bukan kesepakatan tapi justru
kesalahpahaman yang terjadi kemudian.
e. Kerahasiaan yang menetap
Setiap orang mempunyai wilayah yang tidak ingin
diketahui orang lain, sehingga akan membangun benteng yang tinggi saat berinteraksi
dengan orang lain. Pada titik ekstrim, penjagaan yang berlebihan akan membuat
seseorang memiliki sifat pencuriga dan menjaga jarak.
0 komentar:
Post a Comment