KAP
(KECAKAPAN ANTAR PERSONAL)
TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang Telp
(021)7412566, Fax.
(021)7412566
Tangerang
Selatan – Banten
PENDAHULUAN
A.
KETERAMPILAN INTERPERSONAL
Ketrampilan
interpersonal didefinisikan sebagai ketrampilan untuk mengenali dan merespon
secara layak perasaan, sikap dan perilaku, motivasi serta keinginan orang lain.
Bagaimana diri kita mampu membangun hubungan yang harmonis dengan memahami dan
merespon manusia atau orang lain merupakan bagian dari ketrampilan
interpersonal.
Untuk membangun
hubungan dengan orang lain, terlebih dahulu, kita harus menguasai kemampuan dan
ketrampilan dalam mengenal diri sendiri, kemudian baru ketrampilan dalam
mengenal orang lain, ketrampilan untuk mengekspresikan diri secara jelas,
bagaimana merespon, bagaimana menyampaikan
pesan dan maksud, bagaimana bernegosiasi dan menyelesaikan konflik,
bagaimana berperan dalam tim, dan banyak lagi.
B. MENGAPA PERLU KETERAMPILAN INTERPERSONAL
Dalam hidup
keseharian hampir tidak mungkin manusia tidak berhubungan dengan orang lain.
Sudah merupakan hukum alam bahwa manusia adalah mahluk sosial, artinya manusia
harus hidup bersama dengan manusia lainnya. Dalam skema hidup bersama ini
muncul kebutuhan untuk memahami kebutuhan manusia lain, maka timbullah
komunikasi antar manusia. Ketika berkomunikasi, ada banyak hal yang harus kita
kuasai dan mengerti, antara lain:
- Bagaimana kita mengenal diri kita sendiri
- Bagaimana kita mengenal dan memahami orang
lain
- Bagaimana kita mengekspresikan diri kita
- Bagaimana kita menegaskan kebutuhan kita
- Bagaimana kita memberikan dan menerima
masukan
- Bagaimana kita mendengarkan pembicaraan
dengan orang lain
- Bagaimana kita memengaruhi orang lain
- Bagaimana menyesuaikan diri terhadap
lingkungan dan orang lain
- Bagaimana menjadi anggota sebuah
tim/kelompok/grup
- Bagaimana melakukan negosiasi
- Bagaimana menyelesaikan konflik;
- dan banyak Bagaimana lainnya.
Kemampuan
tersebut di atas sangat memengaruhi bagaimana kita memersepsikan diri kita
terhadap orang lain, dan bagaimana orang memersepsikan diri kita. Jika memiliki
ketrampilan interpersonal yang tinggi, hal pertama yang kita rasakan adalah
kuatnya rasa percaya diri, untuk kemudian kita akan dihargai oleh orang lain,
dan pada akhirnya kita akan dapat membangun hubungan yang harmonis dengan orang
lain.
Dalam dunia
kerja dan bisnis, ketrampilan interpersonal yang tinggi dapat membawakan
kesuksesan dalam pekerjaan dan tentunya akan memberikan keuntungan
finansial/material maupun keuntungan spiritual.
C.
SEBERAPA TINGGI TINGKAT KEMAMPUAN INTERPERSONAL KITA
Dalam melakukan
penilaian tentang kemampuan interpersonal, kita dapat melakukannya sendiri (
self assessment ) atau dapat meminta orang lain untuk menilai kita berdasarkan
persepsi mereka tentang kemampuan interpersonal kita.
KETERAMPILAN INTERPERSONAL
A. PENDAHULUAN
Ketrampilan
intrapersonal dibangun melalui sebuah proses, dimulai dari berkomunikasi dengan
diri sendiri, mengenali pola pikir kita, dan menyadari kekuatan perubahan.
́
Orang hebat
melakukan pencarian dalam dirinya sementara orang kejam mencari dalam diri
orang lain. -Confucius-
Ketrampilan
intrapersonal mutlak dimiliki bila kita ingin sukses melakukan hubungan
interpersonal.
B. KESADARAN
DIRI ( SELF AWARENESS )
Kita tahu bahwa
kesadaran diri penting, memahami diri bukan hanya salah satu syarat agar kita
sukses, tetapi juga merupakan syarat agar kita dapat bekerja bersama orang lain
secara efektif. Sudah terbukti bahwa seorang pemimpin yang sukses adalah
seorang yang menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Mereka mengoptimalkan
kekuatan diri dan menggunakan kerjasama tim untuk menutup kelemahan dirinya.
Untuk dapat bekerjasama dengan orang lain perlu kita ketahui
motivasi, kebutuhan,
gaya kerja, kemampuan, dan batas kemampuan orang yang bekerjasama dengan kita.
Kesadaran diri ( self awareness ) atau pengetahuan diri adalah langkah awal
agar kita dapat bekerja dengan efektif.
“Yang
menentukan kualitas hidup bukanlah seberapa banyaknya pengalaman tetapi
seberapa banyaknya kesadaran akan apa yang kita alami.”
Manfaat
kesadaran diri di antaranya adalah:
- Memahami diri kita dalam berhubungan dengan orang lain
- Mengembangkan dan mengimplementasikan kemampuan diri
- Menetapkan pilihan hidup dan karir yang akan dicapai
- Mengembangkan hubungan kerja dengan orang lain
- Memahami nilaidiversity
- Meningkatkan produktivitas
- Meningkatkan kemampuan peran serta kita pada
organisasi,lingkungan, dan keluarga
Salah satu cara
untuk meningkatkan kesadaran diri adalah dengan menganalisis pengalaman kita, mencoba
melihat diri sendiri dari kacamata orang lain. Hal tersebut membantu kita
mengungkap siapa diri kita dan meningkatkan kecerdasan emosi. Dalam
menganalisis diri, setiap individu menempatkan dirinya sebagai
objek pada
suatu situasi atau kondisi yang kemudian diobservasi bagaimana sifat,
attitude ,
pikiran, respon, dan interaksi yang biasa muncul, lalu kemudian dianalisis
dampak positif dan negatifnya. Menganalisis diri sendiri tidaklah selalu mudah,
tetapi hal ini merupakan kemampuan yang harus dimiliki agar menjadi pribadi
yang profesional. Menganalisis diri dimulai dengan berusaha mengekspresikan
serta menggali pemikiran dan perasaan yang muncul atas sebuah situasi, dengan
demikian akan diperoleh sebuah sudut pandang baru atas situasi yang dihadapi.
Dengan memiliki sudut pandang baru individu akan efektif dalam menerapkan
perilaku baru yang sesuai. Hal tersebut akan memberikan sebuah pengalaman untuk
menghadapi situasi yang sama di masa yang akan datang.
Dengan memahami
apa yang kita sukai serta baik bagi diri kita akan membantu kita dalam memilih
jalur karir. Hal ini akan membuat kita bekerja secara profesional dengan senang
hati, sehingga akan menghasilkan hasil optimal, yang pada akhirnya akan membuat
kita lebih sejahtera.
”
ada tiga hal
yang sangat keras, yaitu besi, berlian, dan memahami
diri sendiri”
-Benjamin
Franklin-
Hal yang
penting untuk dapat memahami diri adalah dengan mengenali: kekuatan dan
kelemahan diri; perilaku diri; pola pikir; nilai/prinsip diri. Keempat hal
tersebut tidak dapat berdiri sendiri, karena keempatnya merupakan sub-sub system
intrapersonal skills yang saling memengaruhi, tetapi janganlah kita bingung
seperti ”mana yang lebih dahulu ayamkah atau telor ayam”.
D.
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
1.
Prinsipkomunikasi
interpersonal
Sebagai mahluk
sosial, manusia tidak mungkin tidak berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi
sendiri dapat berlangsung dalam format bahasa verbal maupun bahasa nonverbal.
2. Komunikasi
interpersonal yang efektif
Beberapa
prinsip yang perlu diketahui dalam komunikasi interpersonal yang efektif,
antara lain:
- Keterbukaan
- Empati
- Saling mendukung
- Hubungan yang positif
- Kesetaraan
- Kepercayaan
3. Persepsi
dalam komunikasi interpersonal
Persepsi orang
lain
Melihat
persepsi diri sendiri adalah penting, sebagaimana telah dijelaskan di
atas, tetapi ketika berhubungan dengan sesama persepsi orang lain juga
tidak dapat diabaikan. Persepsi orang lain adalah bagaimana orang lain
memersepsikan keadaan individu tersebut sesuai dengan perilaku atau
kesan-kesan yang diperlihatkan oleh individu dalam kehidupan sosialnya.
Prinsip : Semakin positif gambaran orang lain terhadap
individu tersebut maka komunikasi yang dilakukan akan semakin efektif.
4. Cara
mengatasi persepsi negative
Berikut ini
sebuah cara sederhana dari Dr. Ibrahim Elfiky (pakar Neuro-
Linguistic
Programme /NLP) yang akan membantu kita mengatasi persepsi negatif ketika
sedang berkomunikasi dengan orang lain:
Sebelum bertindak saya melakukan hal
berikut:
|
Metode ini
dimaksudkan untuk membantu kita berpikir terlebih dahulu sebelum menilai dan
menyertakan emosi. Kita akan melihat suatu masalah dari tiga sudut pandang
berbeda. Dan ini membuat kita menjadi lebih empati sehingga dapat mengatasi
persepsi negatif. Untuk dapat melakukan metode ini dengan efektif maka kita
harus memiliki kemampuan mendengar.
Kuncinya :
Dengarkanlah
……….
Untuk bisa
memahami kita perlu mendengarkan. Tidak sekedar mendengarkan, namun
mendengarkan dengan penuh perhatian. Hal ini akan dijelaskan pada bab berikut.
MENDENGARKAN
SECARA EFEKTIF
JIKA
KITA BERFIKIR LELAH, MAKA
KITA
MERASA LELAH
JIKA
KITA BERFIKIR KITA TIDAK BERANI,
MAKA
KITA TIDAK AKAN BERANI
A.
PENDAHULUAN
Salah satu
komponen dari proses komunikasi adalah bagian menerima pesan, yang salah
satunya dengan cara mendengarkan.
Mendengarkan
bukan hanya secara harfiah menggunakan alat pendengaran (telinga), tetapi
memiliki arti yang lebih luas dengan penggunaan alat penerima pesan lainnya.
Pembedaan istilah Mendengarkan dengan mendengar adalah untuk membedakan
pengertian seperti halnya istilah dalam bahasa Inggris yang membedakan kata “
listen/listening ” dengan “ hear/hearing ”.
Dalam bahasa
Inggris listen berpadanan dengan “ Pay attention ” atau memberikan perhatian
terhadap sesuatu, dan bukan terhadap suara semata. Adakalanya proses komunikasi
menggunakan bahasa tubuh, di mana proses mendengarkan bukan menggunakan telinga
sebagai alat penerima pesan, melainkan menggunakan mata sebagai alat penerima
pesan, yang selanjutnya informasi visual tersebut akan diterjemahkan menjadi
pesan yang dapat dimengerti.
B.
MENGAPA
PERLU MENDENGARKAN
1.
Pentingnya
Mendengarkan
Sebuah survei
(Baker et al, 1981) yang pernah dilakukan berhasil memberikan ilustrasi
bagaimana kegiatan mendengarkan merupakan bagian yang sangat
penting dalam kehidupan. Hal ini juga diperkuat oleh survei dari Brown (1982)
dan Steil (1996) yang melaporkan bahwa para eksekutif menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk berkomunikasi (+60%) dengan cara mendengarkan.
Beberapa survei
dan penelitian menguatkan pentingnya kemampuan mendengarkan, dan bahkan banyak
penelitian yang menyimpulkan bahwa kemampuan seseorang untuk mendengarkan jauh
lebih penting dan berharga daripada kemampuan berbicara (Wolvin & Coakley,
1991). Selain itu banyak survei yang menempatkan kemampuan untuk mendengarkan
sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang, apakah ia sebagai
pekerja, manajer, eksekutif, atau hubungan personal orang per orang. Sebuah
survai terhadap eksekutif bidang sumber daya manusia menempatkan kemampuan
untuk mendengarkan pada urutan teratas sebagai kemampuan yang wajib dimiliki
oleh manajer ideal (Winsor et. al., 1997).
Walaupun banyak
survei menempatkan kemampuan untuk mendengarkan sebagai kemampuan yang wajib
dimiliki, banyak orang yang tidak menyadarinya. Kalaupun mereka menyadari bahwa
kemampuan mendengarkan merupakan kemampuan yang harus dimiliki, sangat jarang
orang mau untuk meningkatkan kemampuannya mendengarkan.
2. Alasan untuk
Mendengarkan
Berikut ini ada
empat alasan utama mengapa orang perlu mendengarkan:
Orang yang
menguasai informasi memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sukses, baik
secara pribadi maupun dalam konteks profesional, sebab, di era sekarang,
menguasai informasi berarti menguasai sumber daya. Memahami perintah, memahami
pesan, memahami kebutuhan orang lain, menggali lebih banyak informasi
dibutuhkan sebagai modal agar dapat berkomunikasi serta menjadi kemampuan utama
untuk dapat berhasil dalam setiap pekerjaan.
- Analisis terhadap
Kualitas Informasi
Kemampuan
seseorang untuk dapat menganalisis informasi dibutuhkan agar dapat bertindak
tepat. Mendengarkan dan mendapatkan informasi lebih banyak akan meningkatkan
kualitas pesan yang diterima, kelengkapan data, dan kemampuan mengolah
informasi, sehingga simpulan atau analisis terhadap suatu kondisi atau
keadaan dapat
diambil.
c. Membangun dan memelihara hubungan
Alasan untuk
mendengarkan adalah untuk melakukan komunikasi interpersonal. Banyak survai
telah membuktikan bahwa orang yang memiliki kemampuan untuk mendengarkan dengan
efektif/baik, memiliki hubungan yang lebih baik dengan sesamanya, sebaliknya
mereka yang kurang mampu untuk mendengar akan memperburuk hubungan, atau
setidaknya tidak dapat membangun hubungan yang
lebih baik
(Kaufmann, 1993).
d. Menolong orang lain
Kemampuan
mendengarkan wajib dimiliki agar dapat memahami orang lain dan, pada akhirnya,
dapat menolong orang lain. Beberapa profesimenjadikan kemampuan mendengarkan
sebagai suatu yang wajib dimiliki untuk dapat membantu para klien, misalnya
profesi dokter, pengacara, psikolog, guru atau lainnya. Namun tidak terbatas
hanya pada para profesional, setiap orang dapat juga memberikan bantuanbagi
orang lain, karena yang diperlukan hanya kemampuan untuk mendengarkan dengan
baik dan efektif. Pada saat seseorang mau mendengarkan dan memberikan perhatian
yang tulus serta serius kepada permasalahan yang kita sampaikan, hampir sebagian
besar masalah kita telah dapat ditolong, atau minimal dapat memberikan pola
atau perspektif yang baru tentang bagaimana kita dapat menghadapi masalah yang
kita hadapi.
C.
KOMPONEN
PROSES MENDENGARKAN
Proses
mendengarkan memiliki 5 (lima) komponen: mendengar, memberikan perhatian,
memahami, mengingat dan memberikan respon/umpan balik.
1. Mendengar
Proses
mendengar merupakan aspek fisik ( physiological aspect ) dari proses
mendengarkan. Pada proses ini suara secara fisik menerpa gendang telinga. Orang
yang lemah pendengaran secara otomatis akan memerlukan upaya yang lebih keras
untuk dapat mendengarkan secara efektif.
Mendengar
merupakan komponen dasar dari hampir seluruh proses mendengarkan. Pada proses
ini terdapat banyak kemungkinan gangguan (noise ) yang akan mempengaruhi
kualitas proses mendengarkan, seperti misalnya kehilangan kemampuan mendengar, suara
yang terlalu bising atau lemah, adanya suara lain yang didengar secara
bersamaan, dan lain-lain.
2. Memberi
Perhatian
Jika mendengar
lebih pada aspek fisik, maka proses memberi perhatian merupakan aspek
psikologis. Proses memberikan perhatian merupakan proses penyaringan
informasiyang kita dengar dengan informasi yang kita butuhkan untuk diolah lebih
lanjut. Kemungkinan pada saat yang bersamaan kita mendengarkan berbagai macam
suara yang masuk ke telinga, namun hanya informasi yang diperlukan saja yang
mendapatkan perhatian lebih atau menjadi perhatian kita. Kebutuhan, keinginan,
perhatian, gairah, dan kepentingan akan menentukan informasi apa yang akan
menjadi fokus perhatian kita dalam menyaring informasi yang kita dengar.
3. Mengerti
Mendengar dan
memberi perhatian terhadap apa yang didengar belum menjamin bahwa kita akan
mengerti apa pesan atau informasi yang disampaikan oleh pengirim pesan. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk dapat mengerti pesan atau informasi yang didengarnya, namun
yang paling utama adalah kesamaan bahasa antara pengirim pesan dengan penerima
pesan, atau penerima pesan memahami bahasa isi pesan.
Faktor
selanjutnya adalah pengetahuan yang memadai mengenai subjek pesan, latar
belakang budaya pengirim dan penerima pesan, latar belakang penyampaian pesan,
isi pesan, kemampuan intelektual penerima pesan, motivasi penerima pesan dan
kemampuan mental penerima pesan. Kemampuan mental diperlukan sebab orang yang
terbelakang mentalnya akan mengalami kesulitan yang signifikan untuk dapat
memahami pesan yang diterima.
4. Mengingat
Mengingat
adalah kemampuan untuk mendapatkan kembali informasi yang telah kita terima dan
telah kita pahami. Kemampuan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
adalah berapa banyak atau berapa kali informasi yang sama itu diulang, berapa
banyak informasi tersebut disimpan dalam otak, serta berapa
lama informasi
tersebut telah disimpan dalam otak. Sebuah penelitian mengenai kemampuan
mengingat (Baker, 1971) menunjukan bahwa separuh atau lebih informasi yang kita
dengar akan langsung dilupakan segera setelah kita mendengarkan. Segera setelah
mendengarkan, kita dapat mengingat 50% dari informasi, kemudian akan turun
menjadi sekitar 35% atau kurang setelah 8 jam,
dan tinggal 25%
dalam waktu 2 bulan.
5. Memberikan
Respon
Empat komponen
yang telah dibahas, yaitu mendengar, member perhatian, mengerti dan mengingat,
lebih merupakan proses yang terjadi pada sisi penerima pesan.
Komponen kelima, berupa respon, bukan hanya proses pada sisi penerima pesan,
namun juga berpengaruh pada kualitas komunikasi bagi si pengirim pesan.
D. MEMBERIKAN
RESPON
Memberikan
respon atau umpan balik ( feedback ) dalam proses komunikasi merupakan hal yang
paling utama dan sangat menentukanuntuk mengetahui apakah proses komunikasi
telah berjalan efektif dansesuai dengan yang diharapkan.
Di dalam proses
mendengarkan, memberikan respon merupakan indikator utama apakah seseorang
mendengarkan dengan baik atau orang tersebut tidak mendengarkan sama sekali.
Respon yang diberikan akan sangat menentukan hasil dari proses komunikasi
secara keseluruhan. Adanya komponen respon menjadikan proses mendengarkan
bukanlah proses yang bersifat pasif. Pada bagian ini akan dibahas secara lebih rinci
beberapa tipe respon dalam proses mendengarkan.
Beberapa tipe
respon dalam mendengarkan, berdasarkan tingkat
kualitasnya,
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Mendengarkan
dengan Diam
Banyak alasan
untuk tidak mengatakan sesuatu ketika mendengarkan, antara lain, mungkin kita tidak
ingin pembicaraan berlanjut atau bosan karena sudah mendengarkan cerita
tersebut berulang kali. Pada kondisi seperti di atas, respon yang
terbaik memang diam, karena jika kita memberikan respon verbal, si pembicara
akan terdorong untuk melanjutkan ceritanya.
Mendengarkan
dengan diam bukan sekadar sebuah strategi untukmenghindar, respon dengan
pendekatan jenis ini dapat juga digunakan ketika kita mengharapkan orang lain
untuk menyampaikan ide-idenya, atau pada kondisi di mana kita berada pada suatu
seminar, kuliah di kelas atau mungkin sedang dalam ruang ibadah. Respon kita
berikan dalam bentuk nonverbal seperti ekspresi wajah, atau respon nonverbal lainnya.
2. Mengajukan
Pertanyaan
Respon
berikutnya dari si penerima pesan adalah dengan mengajukan pertanyaan jika ia
membutuhkan tambahan atau lebih banyak informasi.
Beberapa alasan
untuk mengajukan pertanyaan, antara lain:
- Untuk memperjelas makna
- Untuk mendapatkan konsep, perasaan,
keinginan lain
- Untuk mendorong berbicara lebih lanjut
- Untuk mendorong pencarian lebih lanjut.
- Untuk mendapatkan informasi lebih detail
- Untuk menyampaikan pesan
a. Memperjelas
makna
Dalam banyak
hal, kalimat atau kata memiliki arti yang berbeda, atau orang memiliki
pemahaman yang berbeda atas kata atau kalimat yang sama. Dapat juga karena
informasi yang disampaikan mengandung pengertian yang lebih dari
satu, atau dapat juga karena maksud yang disampaikan oleh pemberi pesan belum
tentu sama dengan maksud yang diterima oleh si penerima pesan.
b. Mendapatkan
konsep, perasaan, keinginan lain
Ada kalanya
pendengar ingin mendapatkan lebih banyak hal lagi selain dari sekedar fakta,
seperti misalnya perasaan, konsep yang mendasari fakta atau informasi tersebut,
atau keinginan yang tidak diungkapkan dalam informasi yang disajikan atau
disampaikan. Sebagai contoh pertanyaan berikut, ”Bagaimana perasaan kita
setelah mendengar berita tersebut?” atau pertanyaan berikut, ”Konsep apa yang mendasari
kita dalam menyusun rencana kerja ini?”, dan lain-lain.
c. Mendorong
berbicara lebih lanjut
Kadang orang
merasa enggan jika berbicara mengenai diri sendiri, atau mungkin juga mereka
merasa tidak yakin mengenai apa yang dimilikinya, atau mereka tidak yakin
apakah orang lain akan tertarik akan topik pembicaraan atau informasi yang
disampaikannya. Pertanyaan yang tulus akan mampu mendorong si pembicara untuk melanjutkan
topik pembicaraan. Beberapa contoh pertanyaan jenis ini antara lain ”Coba ceritakan
kepada saya sekali lagi?” atau ”Saya tidak yakin mengenai hal ini, coba jelaskan
lebih lanjut”, dan lain-lain.
Jenis
pertanyaan ini banyak digunakan oleh para profesional seperti misalnya
psikolog, dokter dan lainnya. Umumnya mereka mengajukan pertanyaan kepada klien
untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, yang dapat membantu mereka menemukan
penyelesaian atas persoalan yang dihadapi kliennya.
Namun demikian
bukan hanya para profesional, semua orang dapat menggunakan jenis pertanyaan
seperti ini untuk mendorong si pembicara berbicara lebih lanjut.
Contoh
pertanyaan antara lain, ”Menurut pendapat Saudara apa solusi yang terbaik untuk
masalah ini?” .
Dalam
menggunakan respon ini, kita harus menempatkan diri sebagai seorang pendengar
dan memberikan kesempatan kepada pembicara untuk dapat mengungkapkan
pemikirannya ataupun perasaannya.
e. Mendapatkan
informasi lebih detil
Dalam banyak
hal, informasi yang disampaikan oleh pembicara hanya bersifat umum, atau hanya
berupa potongan informasi. Pendengar memerlukan lebih banyak informasi maupun
fakta yang lebih detail. Menanyakan hal detail akan memberikan pemahaman yang
lebih baik bagi pendengar.
f. Menyampaikan
pesan
Tidak semua
pertanyaan dimaksudkan untuk mendapatkan tambahan informasi, beberapa jenis
pertanyaan berikut ini sifatnya lebih kepada ingin menyampaikan pesan dari si
penerima , misalnya:
- Pertanyaan
yang meminta konfirmasi kepada pembicara
- Pertanyaan
yang lebih bersifat sebagai penyataan
- Pertanyaan
yang memiliki maksud tertentu
- Pertanyaan
yang mengharapkan jawaban tertentu (yang diharapkan)
- Pertanyaan
yang berdasarkan pada asumsi tertentu
g. Membuat
pernyataan
Membuat
pernyataan adalah menyatakan kembali pesan yang diterima dengan menggunakan
kalimat sendiri. Menyatakan kembali pesan yang kita terima bukan dengan cara
mengulang apa yang disampaikan, melainkan dengan menyatakan kembali apa yang
kita pikirkan mengenai pesan yang kita terima dengan menggunakan
kata-kata sendiri, sebagai cara untuk meyakinkan arti dari pesan yang kita
terima.
Ada beberapa
gaya untuk menyatakan kembali pesan yang diterima antara lain dengan cara:
- Mengubah kata-kata yang digunakan oleh pembicara
- Menyatakan contoh mengenai apa yang kita pikirkan berdasarkan
pesan yang diterima
- Mengungkapkan garis besar pembicaraan
h. Menyatakan
empati
Menyatakan
empati adalah tipe pemberian umpan balik yang digunakan oleh pendengar untuk
menyatakan keberadaannya, menunjukan perasaan, menyatakan persepsi ataupun
perhatian kepada apa yang disampaikan oleh si pemberi pesan. Dalam berempati
diperlukan kemampuan memahami perasaan orang lain ataupun suasana hati si
pemberi pesan. Kadang dengan
maksud
berempati, penerima pesan justru tidak memberikan empati jika ia mengabaikan
perasaan orang yang menyampaikan pesan, tidak memerdulikan suasana atau situasi
yang ada, atau memiliki kecenderungan memertahankan diri.
i. Memberikan
dukungan
Beberapa respon
yang dijelaskan sebelumnya lebih bersifat memberikan refleksi dan masih sedikit
memberikan evaluasi terhadap situasi yang dihadapi oleh
pembicara. Dalam banyak kasus, pembicara ingin juga mengetahui bagaimana
perasaan pendengar terhadap mereka. Respon dengan memberikan dukungan adalah
menyatakan rasa solidaritas pendengar terhadap situasi yang dihadapi oleh
pembicara.
Ada banyak tipe
respon yang bersifat memberikan dukungan, di antaranya adalah menyatakan
persetujuan, menawarkan pertolongan, menyatakan pujian, menyatakan keyakinan
pendengar, mengajak untuk merayakan, atau melupakan masalah yang dihadapi oleh
pembicara.
Dalam
memberikan respon ini, kita harus tulus, yakin bahwa pendengar dapat menerima
dukungan yang kita berikan, dan berikan dukungan pada saat ini dan sekarang,
dari pada nanti atau pada waktu yang akan datang.
j. Melakukan
analisis
Pada jenis
respon ini penerima pesan menafsirkan ( interpretation ) pesan yang disampaikan
oleh pembicara. Penafsiran kadang efektif untuk memberikan alternatif lain
dalam mengartikan atau memahami masalah yang dihadapi oleh pembicara. Kadang
respon ini juga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan objektif
terhadap masalah- masalah yang membingungkan.
k. Melakukan
evaluasi
Hampir sama
dengan respon yang bersifat analisis, bentuk evaluasi ini lebih kepada
memberikan simpulan, baik berupa persetujuan, kesepakatan, atau memberikan
penilaian terhadap apa yang telah disampaikan oleh pembicara, atau dapat juga
berupa penilaian negatif, serta kritik yang bertujuan untuk
meningkatkan kebaikan pada masa yang akan datang. Respon dalam bentuk evaluasi
ini memiliki kemungkinan dapat diterima oleh pembicara dan dapat menolong jika
memenuhi kondisi berikut:
- Pembicara atau orang yang memiliki masalah meminta kita untuk memberikan
evaluasi.
- Evaluasi yang kita berikan bersifat konstruktif atau membangun
dan tidak bersifat mengkritik untuk menjatuhkan lawan bicara.
i.
Memberikan
pendapat
Pada umumnya,
jika menghadapi suatu persoalan reaksi pertama yang keluar adalah memberikan
pendapat. Sama halnya dengan memberikan evaluasi, respon dalam bentuk memberikan
pendapat akan sangat efektif dan dapat menolong orang jika memang ada
permintaan dari pembicara untuk memberikan pendapat, serta jika pemberi respon
memiliki perhatian dan memahami situasi yang dialami oleh si pembicara.
Walaupun
kondisi di atas terpenuhi, ada dua alasan mengapa memberikan pendapat kadang
tidak membantu atau memecahkan masalah. Pertama, pendapat yang diberikan tidak
memberikan solusi yang terbaik, dan kedua, si pendengar tidak siap mendengarkan
pendapat yang disampaikan oleh orang lain.
E. HAMBATAN DALAM
MENDENGARKAN SECARA EFEKTIF
Berikut
disajikan beberapa konsepsi yang salah mengenai proses mendengarkan, termasuk
juga beberapa kebiasaan buruk dalam proses mendengarkan.
1. Mendengar
Bukanlah Mendengarkan
Banyak mitos
mengenai mendengarkan, ada yang menganggap jika mereka telah mendengar ( hearing
) pesan yang disampaikan oleh orang, maka mereka telah melakukan proses
mendengarkan ( listening ).Namun, mendengar ( hearing ) hanyalah sebuah proses
fisik, di mana ada gelombang suara yang masuk ke dalam lubang telinga dan menggetarkan
gendang telinga. Sedangkan proses mendengarkan memberikan proses lebih lanjut
dari proses mendengar tadi, di mana getaran yang diterima oleh gendang telinga
tersebut dikirimkan ke otak belakang untuk diterjemahkan dan diberikan arti,
dan selanjutnya berdasarkan arti tersebut yang bersangkutan memberikan respon
yang sesuai dengan arti yang diterjemahkan oleh otak belakang. Jadi, proses mendengarkan
melibatkan faktor-faktor fisik dan mental.
2. Proses
mendengarkan bukan kegiatan yang mudah
Banyak orang
menganggap proses mendengarkan adalah proses yang sangat mudah, semudah
menghirup udara segar. Pada kenyataannya banyak sekali kendala yang harus
diatasi agar dapat menjadi seorang pendengar yang baik dan efektif. Dibutuhkan
usaha keras, waktu lama, konsentrasi, dan, mungkin perlu, pekerjaan atau
penelitian untuk dapat mengidentifikasi berbagai hambatan dan kendala dalam mendengarkan
dengan efektif.
Beberapa
kendala tersebut misalnya adalah:
a. Ada hambatan
atau kendala pada kemampuan mendengar
Orang yang
mengalami gangguan pendengaran (sementara atau permanen) akan mengalami
kesulitan mendengar atau mengartikan makna yang didengar. Gangguan pendengaran
ini dapat berupa gangguan fisik ataupun gangguan mental. Orang yang hilang
ingatan atau yang mengalami keterbelakangan mental dapat juga dikategorikan sebagai
orang yang mengalami gangguan dalam proses mendengarkan.
b. Informasi
yang terlalu banyak (information overload)
Di sekeliling
kita terdapat banyak suara yang tidak mungkin kita dengarkan seluruhnya. Jika
kita hitung berapa banyak waktu yang habis untuk mendengarkan orang berbicara
dan berapa banyak informasi yang dapat masuk ke dalam otak, secara teoritis, hamper
tidak mungkin untuk menyimpan seluruh informasi tersebut.
c. Adanya
kepentingan pribadi
Adanya
kepentingan pribadi kadang kala dapat mengganggu cara kita menerima informasi
yang disampaikan. Kepentingan pribadi ini mengakibatkan kita tidak menerima
pesan yang dikirimkan atau kalaupun menerima, ada kemungkinan pesannya salah
atau tidak sesuai dengan maksud si pengirim pesan.
d. Kemampuan
berpikir manusia
Secara
teoritis, kemampuan otak manusia untuk dapat mendengarkan dan mengerti suatu
pembicaraan adalah 600 kata per menit ( Drullman &
Smoorenburg, 1997; Versfeld & Dreschler,2002 ), akan tetapi kecepatan orang
untuk berbicara pada umumnya lebih rendah, berkisar pada angka 100 – 140 kata
per menit. Selisih kapasitas antara kemampuan otak untuk mendengar dengan
kata yang
didengar tersebut biasanya dimanfaatkan oleh otak untuk memikirkan hal-hal lain
yang dapat mengaburkan konsentrasi, yang pada akhirnya tidak memerhatikan topik
pembicaraan. Adanya gangguan ini, baik secara fisik ataupun mental, dapat
memengaruhi kemampuan seseorang untuk mendengarkan dengan baik. Kemampuan
mendengarkan dengan baik/efektif bukan berarti mampu untuk mendengarkan kata
per kata satu persatu dan harus didengar 100%, sebab dalam kenyataannya banyak
informasi yang tidak relevan. Yang paling penting adalah bagaimana kita mampu
mendengar pada saat hal tersebut dibutuhkan.
e. Adanya
gangguan dari pihak luar (noise)
Hal lain yang
menyebabkan kita sulit mendengarkan adalah adanya suara lain selain pesan yang
disampaikan, kebisingan lalu lintas, suara musik yang keras, termasuk juga
adanya gangguan psikologis yang dapat menyebabkan penerima pesan sulit atau
salah menerima pesan dari pemberi pesan. Selain gangguan tersebut, buruknya
pesan yang dikirimkan oleh pemberi pesan, maupun kesalahan dan kelemahan dalam
saluran komunikasi serta kesalahan dalam proses penerjemahan pesan atau adanya
gangguan dalam proses di luar sisi penerima pesan dapat menyebabkan kesulitan
yang sama dalam proses mendengarkan.
f. Setiap
pendengar tidak menerima pesan yang sama
Pada saat dua
orang atau lebih mendengarkan suatu pembicaraan, kita berpikir bahwa mereka
akan menerima pesan yang sama. Pada kenyataannya tidak demikian. Faktor
psikologis yang berbeda antara pendengar yang satu dengan pendengar yang lain,
status sosial, latar belakang budaya, kepentingan pribadi yang berbeda, dapat membiaskan
informasi atau data yang didengar menjadi pesan atau informasi yang
berbeda-beda. Proses penerjemahan pesan oleh setiap pendengar juga menjadikan pesan
yang sama dapat diterima dan diinterpretasikan secara berbeda oleh
masing-masing pendengar.
g. Beberapa
kebiasaan buruk dalam proses mendengarkan
Kebiasaan buruk
dalam proses mendengarkan dapat mengurangi kualitas pesan atau informasi yang
diterima. Berikut ini beberapa kebiasaan buruk yang biasa dilakukan oleh orang
dalam proses mendengarkan.
(i)
Pseudo
listening
Adalah
menunjukan kepalsuan. Orang yang melakukan kebiasaan ini seolah-olah
mendengarkan apa yang disampaikan oleh pembicara, mereka mengangguk setuju,
menatap pada pandangan pembicara, bahkan tersenyum dan memberikan jawaban pada
pembicara seolah mereka memahami apa yang disampaikan oleh pembicara, padahal semua
itu palsu dan muka manis semata. Pada hakikatnya, mereka sama sekali tidak
setuju dan tidak mau melakukan sesuatu sebagaimana disampaikan oleh pembicara.
(ii)
Stage
Hogging
Hanya tertarik
pada ide dan konsep pemikiran diri sendiri dan tidak perduli pada apa yang
disampaikan oleh pembicara. Tipe pendengar seperti ini memberi kesempatan
kepada orang lain untuk berbicara, hanya agar mereka dapat menarik napas
sejenak, dan setelah itu mereka berbicara atau menyampaikan apa yang ada dalam
konsep berpikirnya.
(iii)
Selective
Listening
Hanya
memberikan respon terhadap apa yang menjadi perhatiannya, dan mengabaikan yang
lain. Dalam kasus seperti ini, pembicara seolah- olah berbicara kepada
”tembok”, jika tidak ada topik yang menjadi perhatian si pendengar.
(iv)
Filling
in Gaps
Orang dengan
tipe seperti ini mendengarkan sedikit, dan selanjutnya merekayasa informasinya
sendiri berdasarkan konsep yang ada pada dirinya. Orang seperti ini dapat
memberikan kesan bahwa mereka ”tahu segalanya”, padahal informasi yang
disampaikan lebih lanjut kemungkinan besar sudah tidak benar lagi.
(v)
Insulated
Listening
Kebiasaan ini
hampir merupakan kebalikan dari kebiasaan “ selective listening”, yang mana
orang yang memiliki kebiasaan ini jika mendapatkan topik yang tidak menarik
baginya, maka ia cenderung untuk tidak mendengarkan keseluruhan
informasi yang disampaikan.
(vi)
Defensive
Listening
Orang yang
tidak percaya diri atau mereka yang merasa tidak aman cenderung menyampaikan
komentar-komentar menyerang untuk mempertahankan dirinya. Orang dengan
kebiasaan seperti ini cenderung menghindari kenyataan bahwa mereka merasa tidak
aman dengan mengalihkannya kepada orang lain.
(vii)
Ambushing
Orang dengan kebiasaan
ini akan mendengarkan pembicara secara seksama, dan hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi yang dapat dipergunakan olehnya untuk dapat menyerang
kembali apa yang disampaikan oleh si pembicara. Kebiasaan ini juga merupakan
bentuk strategi mempertahankan diri.
F. MEMBANGUN
KEMAMPUAN MENDENGARKAN YANG EFEKTIF
Untuk memiliki
kemampuan mendengarkan secara efektif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain:
1. Membuat
kontak mata dengan pembicara
Untuk mendorong
pembicara berbicara lebih lanjut tataplah matanya untuk mengurangi kemungkinan
perhatian kita teralihkan. Tampilkan komunikasi nonverbal, seperti
anggukan/gelengan kepala dan ekspresi wajah yang sesuai untuk menunjukkan
kepada pembicara bahwa kita menaruh perhatian terhadap pembicaraan tersebut.
2. Hindari
gerakan atau komunikasi nonverbal yang justru mengganggu atau tidak sesuai
dengan maksud kita untuk mendengarkan
Dengan
melakukan itu kita tidak hanya dapat menangkap maksud pembicaraan, juga
pembicara akan mengartikan bahwa kita tidak tertarik, bosan, dan tidak perduli,
sehingga akhirnya topik pembicaraan tidak sesuai dengan maksud komunikasi
tersebut. Pada saat mendengarkan, hindari gerakan melihat-lihat jam,
memutar-mutarkan pinsil atau pulpen, merobek-robek kertas, melihat-lihat
pemandangan di luar, atau melakukan aktifitas lain yang akan mengganggu proses
Mendengarkan
.
3. Ajukan
pertanyaan
Pendengar yang
efektif akan menganalisis apa yang dia dengar dan akan mengajukan pertanyaan.
Dengan mengajukan pertanyaan, kita dapat memperjelas maksud topik yang
dibicarakan, meyakinkan pembicara bahwa kita mengerti, sekaligus memberikan
dukungan kepada pembicara untuk berbicara lebih lanjut karena kita benar-benar memerhatikan
dan mendengarkan secara serius.
4. Mengungkapkan
kembali/konfirmasi
Ulangi apa yang
disampaikan pembicara dengan menggunakan bahasa sendiri. Proses ini selain
merupakan proses untuk memperjelas makna, juga merupakan cara terbaik untuk
mengetahui apakah kita benar- benar mengerti atau tidak.
5. Hindari
interupsi
Biarkan
pembicara menyelesaikan dahulu apa yang akan disampaikan sebelum kita
memberikan tanggapan. Hindari menebak maksud dari si pembicara. Jika belum
jelas, ajukan pertanyaan.
6. Jangan
berbicara terlalu banyak
Kita memiliki
kecenderungan untuk berbicara daripada mendengarkan. Dan kita juga memiliki
kecenderungan untuk berbicara sambil mendengarkan. Pendengar efektif tidak akan
melakukan hal tersebut. 7. Buat transisi yang baik antara menjadi pendengar
yang baik dengan pembicara yang baik Sebuah proses komunikasi adalah proses
berbicara dan mendengarkan, dan dalam proses komunikasi yang efektif, kita
melakukan peran tersebut secara bergantian. Lakukan proses transisi antara
peran mendengarkan dan peran pembicara secara baik.
8. Prinsip komunikasi
empatik
́
”Berusaha
mengerti lebih dahulu, baru dimengerti”
9. Mengapa
penting?
Karena :
- Memberi data yang akurat sebelum menanggapi, dan
- Memberi udara psikologis
Dengan
komunikasi empatik pasangan komunikasi kita akan merasa dimengerti secara
mendalam sehingga berdampak positif pada pemberian pengaruh dan pemecahan
masalah.
10.
Mendengarkan empatik
Mendengarkan
dengan sikap empatik berarti kita masuk ke dalam kerangka acuan orang lain.
Kita bukan hanya mendengarkan dengan telinga, tetapi juga dengan mata dan hati.
Hati kita merasakan, memahami, menyelami, berintuisi. Mata kita mengamati
pesan- pesan nonverbal si pengirim. Kita menggunakan otak kanan sekaligus otak kiri.
Mendengar empatik adalah mendengar untuk mengerti, baik secara emosional maupun
intelektual, bukan dengan maksud untuk menjawab, mengendalikan atau
memanipulasi orang lain.
11. Yang perlu
diingat
́”Jangan
membuat resep apapun sebelum melakukan diagnosa.”
Sebelum menanggapi lawan bicara, cobalah untuk
mengerti masalahnya secara mendalam terlebih dahulu; berusaha untuk mengerti
itu membutuhkan pertimbangan dan kesadaran terhadap kemungkinan munculnya empat
respon autobiografis. Pekalah terhadap respon pengirim pesan. Setelah itu, baru
berusaha untuk dimengerti. Jelaskan pikiran dan gagasan kita dengan jelas,
spesifik, visual dan empatik.
G. SIMPULAN
Proses
mendengarkan memiliki peran yang sama pentingnya dengan proses berbicara. Dalam
kehidupan sehari-hari kita dapat merasakan bahwa kita lebih banyak mendengarkan
daripada berbicara, namun demikian, kita kurang memberikan perhatian yang
serius untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan. Mendengarkan secara efektif
sangat berbeda dengan hanya mendengar suara. Mendengarkan secara efektif
meliputi 5 (lima) komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu mendengar,
memberi perhatian, mengerti, mengingat dan memberikan respon.
Memberikan
respon memiliki peran yang sangat penting, karena melaluinya kita dapat
mengetahui apakah proses komunikasi telah berlangsung secara efektif atau
tidak.
Profesi auditor
membutuhkan kemampuan mendengarkan agar dapat memeroleh informasi yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga seorang auditor dituntut untuk
memiliki kemampuan mendengarkan efektif.
0 komentar:
Post a Comment