MAKALAH
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA
INDONESIA
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen : Dede Muhtar Safari M.Pd
Disusun oleh :
Arif Bambang Prasetyo : 0061 4112 1046
Denny Permana : 2014141915
Lia Winarti : 0061 4112 1012
Riri Indriani Ismail : 2014142614
FAKULTAS TEKNOLOGI INFOFMASI
UNIVERSITAS PAMULANG
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia, Semoga untuk ke depannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik dan menarik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar makalah ini semakin lebih baik, menarik dan pastinya berbobot.
Jakarta, April 2016
Penyusun
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia, Semoga untuk ke depannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik dan menarik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar makalah ini semakin lebih baik, menarik dan pastinya berbobot.
Jakarta, April 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu alat
komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui
apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas
manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian
bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas
kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa,
manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah
dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum
terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu
terasa nyata dan terungkap.
Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan
bahasa secara pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris.
Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar
dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai
bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk
menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah
internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak dipungkiri memang
pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita
tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti
yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam
mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya
sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku
dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita
di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan
sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah
dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
A. Bagaimana
sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa prakemerdekaan?
B.
Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia?
C. Bagaimana
sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pascakemerdekaan?
D. Peresmian
nama Bahasa Indonesia
E.
Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi
perkermbangan bahasa Indonesia?
F.
Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang
Disempurnakan)?
G.
Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
reformasi?
H.
Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia?
C.
Maksud dan Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
:
1.
Untuk
mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa prakemerdekaan
2.
Untuk
mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pascakemerdekaan
3.
Untuk
mengetahui Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia
4.
Untuk
mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
5.
Untuk
mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi
6.
Untuk
mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini ialah
penyusun dan pembaca dapat mengetahui sejarah
perkembangan bahasa Indonesia. Dari
zaman pra kemerdekaan, kemerdekaan, dan zaman reformasi sehingga kita semua
sebagai warga Negara Indonesia tau bagaimana sejaarah dan perkembangan bahasa Indonesia .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bagaiman Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Prakemerdekaan
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung
antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan
antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak
lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:
1.
Tulisan
yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
2.
Prasasti
Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
3.
Prasasti
Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
4.
Prasasti
Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
5.
Prasati
Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688
Dan pada
saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
1.
Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia
aturan-aturan hidup dan sastra.
2.
Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di
indonesia
3.
Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di
Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.
4.
Bahasa resmi kerajaan.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan
dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan
bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh
masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar
pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di
wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan
rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang
tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu
menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap
sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang
kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan
keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial
Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk
membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai
terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk
semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan
sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak
yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa
daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace
menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki
suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan
dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah,
tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang
digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua.
Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen
sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
B.
Bahasa Melayu diangkat menjadi Bahasa Indonesia
Awalnya, pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa
bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai
pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah.
Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi, sejumlah sarjana Belanda
mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan
di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa
Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia
yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu
Riau-Johor.
Ada empat
faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
1.
Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di
Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.
2.
Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena
dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa
halus).
3.
Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya
dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional
4.
Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai
sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
C.
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa
Pascakemerdekaan
Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok
nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta
makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau,
antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan
bangsa Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928.
Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam
rapat, para pemuda berikrar:
1.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah
yang satu, Tanah Air Indonesia.
2.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang
satu, Bangsa Indonesia.
3.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung
tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah
Pemuda”. Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad
bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun
1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18
Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan
bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan
dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini
bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.
D.
Peresmian nama
Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi
Kemerekaan Indonesia tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai
berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa
kerja. Dari sudut pandang Linguistik, bahasa indonesia adalah salah satu dari
banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari
abad ke-19.
Dalam
perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagi bahasa kerja
di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal
abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila
nama bahasa Melayu tetap di gunakan.
Proses ini
menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang
di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia
merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru baik
melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun di pahami dan di tuturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga
indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai
bahasa Ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari
(kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa
Ibunya.
Meskipun
demikian, bahasa Indonesia di gunakan sangat luas di perguruan-perguruan, media
massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik
lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh
semua warga indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara serta
makin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang
dipakai didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh
corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta, bahasa
Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa
Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan
dialek.Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.Komikasi
rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan
yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia,
yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah
pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia
harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan.
Secara
sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa
Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip
dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa
Melayu Kuno. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan
dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam
pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa :
“Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa
Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
Secara
Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada
Sumpah Pemuda tanggal 28 Onktober 1928.Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga
ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi
bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia
diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.
E.
Peristiwa-peristiwa yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Indonesia
1.
Budi Otomo.
Pada tahun
1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan yang
pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan
sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,.
Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan
dan keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan
syarat utama untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.
2.
Sarikat Islam.
Sarekat islam berdiri pada tahun
1912. mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak
dibidang sosial dan politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat
non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna
mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa
Indonesia.
3.
Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada
tahu 1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor
De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain
menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka
terhadap perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan
sebagai berikut :
a)
Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa
Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
b)
Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk
membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
c)
Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan
masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami
oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
d)
Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa
melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan
diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun
baik dan terpelihara.
e)
Sumpah Pemuda.
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres
pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya,
yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang tepat
penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata
bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan
sastra Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926)
tidak akan bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih
kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam,
dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah
untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan
bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober
1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang
menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai
sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal,
Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.
F. Perkembangan
EYD
Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata
dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para
pemakai menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan
yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan enak didengar
dan dipergunankan dalam komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa yang telah
diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari:
1.
Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa
Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi
Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada
tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van
Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari
ejaan ini yaitu:
a)
Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai
akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï
dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
b)
Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah,
sajang, dsb.
c)
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe,
oemoer, dsb.
d)
Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema,
untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
2.
Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa
Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut
dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan
ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku
sejak tahun 1901.
a)
Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu,
umur, dsb.
b)
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada
kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
c)
Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada
kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
d)
Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai
dengan kata yang mendampinginya.
3.
Ejaan
Yang Disempurnakan
Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan
pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan
Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan
sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah
pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada
masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk
melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara
tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972,
berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan
Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi
Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan
Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku
“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan
kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah”.
G.
Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi
Munculnya
Bahasa Media Massa (bahasa Pers):
1.
Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);
2. Banyak
penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar
Pers telah
berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru, seperti
KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi,
provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia sudah mulai
bergeser menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul.
Selain itu, dipengaruhi pula oleh media iklan maupun artis yang menggunakan
istilah baru yang merupakan penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa
Indonesia maupun mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
H.
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia, yaitu:
1.
Sebagai bahasa persatuan (alat perhubungan antardaerah
dan antarbudaya
2.
Bahasa nasional;
3.
Bahasa resmi
4.
Bahasa budaya dan Bahasa ilmu
5.
Sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
6.
Pendidikan
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dapat disimpullkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia berasal dari
bahasa melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa
Indonesia) karena :
1.
Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di
Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.
2.
Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena
dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa
halus).
3.
Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya
dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional
4.
Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai
sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
B.
Saran
Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan terdahulu
memiliki banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi bahasa
pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai generasi
penerus mampu untuk membina, mempertahankan bahasa Indonesia ini, agar tidak
mengalami kemerosotan dan diperguna dengan baik oleh pihak luar.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Post a Comment